sman9kotabekasi.sch.id
Memperingati Hari Santri Nasional, Menggugah Semangat dan Kiprah Santri
22 Oktober, pada tanggal ini Indonesia merayakan Hari Santri Nasional. Ini adalah hari yang dipenuhi makna bagi jutaan santri di seluruh tanah air. Pada tahun 1945, sebuah seruan bersejarah dari seorang pemimpin agama dan pendidikan, KH. Hasyim Asy'ari, membakar semangat perjuangan santri. Seruan ini berperan kunci dalam pertempuran melawan penjajah Sekutu dan mewujudkan semangat jihad yang kemudian memuncak dalam pertempuran Surabaya pada 10 November 1945.
Saat kita merayakan Hari Santri Nasional, kita merenungkan perjalanan panjang para santri dalam memelihara dan menghidupkan semangat jihad serta peran penting mereka dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Kisah pribadi bisa menjadi katalisator penting dalam menggugah semangat memperingati Hari Santri. Salah satu contoh adalah perjalanan hidup Penulis. Penulis lahir pada tahun 1975, penulis adalah seorang santri yang tumbuh di Pondok Pesantren Al-Istiqomah di Cisalak, Subang, Jawa Barat. Di sana, saya merasakan pesona pendidikan agama yang mendalam dan mengasah karakter sebagai seorang santri. Di bawah asuhan alm. KH. Rd. Mama Sholeh bin Fardli yang kini turun ke putranya KH. Rd. Yaya Syarifuddin. Saat itu Penulis bersekolah di MTsN Cisalak Kab. Subang (Sekarang MTsN 3 Subang) di bawah asuhan Bapak Drs. H, Ateng Rizal beserta guru-guru lainnya.
Pendidikan di pondok pesantren membentuk pribadi santri, memberikan kami pondasi kuat dalam hal agama, moral, dan etika. Sebagaimana KH. Hasyim Asy'ari yang mengajarkan semangat jihad, para santri belajar untuk menjadi pribadi yang kuat, cerdas, dan berkomitmen terhadap nilai-nilai yang luhur.
Seruan KH. Hasyim Asy'ari untuk berjihad melawan penjajah adalah salah satu peran penting dalam sejarah Indonesia. Para santri menjadikan seruan ini sebagai pedoman dalam memerangi penjajah Sekutu. Mereka menyatukan semangat keagamaan dengan semangat nasionalisme, dan itulah yang memicu pertempuran bersejarah di Surabaya pada 10 November 1945.
Semangat jihad yang ditanamkan dalam diri para santri bukan hanya tentang perang fisik, melainkan juga perjuangan melawan ketidakadilan, kemiskinan, dan ketidaksetaraan. Ini adalah semangat untuk memperjuangkan keadilan, kemerdekaan, dan kesejahteraan bangsa.
Ketika kita merayakan Hari Santri Nasional, kita tidak hanya mengenang perjuangan masa lalu tetapi juga melihat masa depan yang cerah yang bisa diciptakan oleh para santri. Mereka adalah agen perubahan, intelektual yang berkualitas, dan pilar moral dalam masyarakat.
Peran santri terus berkembang dalam berbagai bidang, dari pendidikan dan agama hingga politik dan sosial. Mereka adalah pemimpin masa depan yang akan membantu membangun Indonesia yang lebih baik.
Hari Santri Nasional adalah saat kita merayakan semangat, dedikasi, dan peran yang tak tergantikan dari para santri pada sejarah dan masa depan Indonesia. Sebagai seorang santri, pengalaman pribadi saya di Pondok Pesantren Al-Istiqomah mengilhami saya untuk terus berkontribusi dalam pembangunan bangsa ini.
Sejarah kita yang kaya dalam memperjuangkan kemerdekaan harus dihargai dan diwariskan kepada generasi muda, serta harus terus memotivasi kita untuk berperan aktif dalam membangun masa depan yang lebih baik. Semangat "Mens sana in corpore sano," sehat dalam jiwa dan raga, adalah prinsip yang harus kita anut dalam perjuangan dan pengabdian kita sebagai santri Indonesia.
Oleh : Agus Hendrawan